Senin, 16 Juni 2008

The Poor Bekantan


Siapa yang tidak kenal bekantan, yang menjadi maskot Provinsi Kalimantan Selatan? ‘Saudara’ kita ini memiliki Bahasa Latin nasalis larvatus dikenal juga dengan sebutan kera Belanda, bekara, raseng, pika, dan bentangan. Bagian wajah bekantan berwarna merah kecoklatan dan tidak berbulu, sedangkan pada bayi wajah berwarna biru tua (Napier dan Napier, 1967). Kera jantan berhidung besar ini diberi nama setempat bekantan atau Kera Belanda karena mirip dengan Orang Belanda yang terbakar sinar matahari (MacKinnon, 1986).
Populasi hewan berhidung panjang ini, khususnya di Pulau Kaget Kalimantan Selatan (Kalsel) dari tahun ke tahun terus menurun akibat pengrusakan lingkungan yang dilakukan orang-orang tidak bertanggungjawab.
Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel yang diperoleh, Rabu, menyebutkan bahwa saat ini populasi hewan hidung panjang di pulau itu hanya tersisa 100 ekor.
Padahal, hasil penelitan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin pada tahun 1997 menyebutkan populasi bekantan di daerah tersebut masih 304 ekor.Kepala BKSDA Kalsel, Amir Hamzah K., mengatakan penurunan populasi bekantan di Pulau Kaget tersebut terjadi akibat kerusakan alam di daerah tersebut. Selain itu, beberapa tongkang batu bara selalu menabrak pulau tersebut saat akan tambat sehingga mengusik kehidupan hewan yang terkenal sangat pemalu itu.
Diduga karena selalu terganggu, akhirnya bekantan-bekantan tersebut lari atau pindah ke lokasi yang lebih aman. Apalagi pada saat musim kemarau lalu, pohon-pohon yang ada di daerah tersebut meranggas sehingga tidak ada tempat yang nyaman untuk hidup bekantan.
"Banyak bekantan yang telah lari karena merasa terganggu oleh kegiatan warga sekitar, diantaranya akibat tongkang batu bara, selain karena faktor alam akibat pohon yang meranggas," katanya.
Secara keseluruhan, populasi bekantan di Kalsel saat ini masih mencapai sekitar 5.010 ekor yang tersebar di beberapa hutan atau cagar alam di beberapa daerah Kalsel.Daerah-daerah yang kini masih terdapat populasi bekantan yaitu di cagar alam Selat Sebuku Kabupaten Kotabaru, terdapat 3.500 ekor, swaka margasatwa Pelaihari Kabupaten Tanah Laut (Tala), 1.200 ekor.Selain itu, di Kuala Lupak Tabunganen Kabupaten Barito Kuala, 150 ekor, Pulau Kaget, 100 ekor, di taman wisata alam Pulau Kembang 10 ekor dan Pulau Bakut 50 ekor.
Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibanding populasi bekantan tahun-tahun sebelumnya.Mengantisipasi terhadap berkurangnya populasi hewan dilindungi tersebut, BKSDA bekerjasama dengan masyarakat telah membuat kayu tambatan mengelilingi Pulau Kaget, sehingga tongkang batu bara tidak lagi menabrak lokasi berkembangbiaknya hewan khas Kalimantan itu.
Sungguh malang nasib ‘saudara’ kita ini. Let’s love and save them!

Dikutip dari: Antara News, Wikipedia dan Banjarmasin Post (31 -10 -2007)

Tidak ada komentar: